Selasa, 28 Mei 2013

May 252013
 

Batu Kandungan Uranium
Batu Kandungan Uranium
Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) memperkirakan ada 70 ribu ton cadangan Uranium dan 117 ribu ton Thorium yang tersebar di sejumlah lokasi di Indonesia, yang bermanfaat sebagai energi alternatif di masa depan.
“Uranium ada yang dengan kategori terukur, tereka, teridentifikasi dan kategori hipotesis, sedangkan Thorium baru kategori hipotesis belum sampai terukur,” ujar Direktur Pusat Pengembangan Geologi Nuklir Batan Agus Sumaryanto,  di peluncuran Peta Radiasi dan Radioaktivitas Lingkungan, Senin (20/5/2013).
Sebagian besar cadangan Uranium berada di Kalimantan Barat, sebagian lagi ada di Papua, Bangka Belitung dan Sulawesi Barat, sedangkan Thorium kebanyakan di Babel dan sebagian di Kalbar.
Kajian terakhir dilakukan di Mamuju, Sulawesi Barat, dimana deteksi pendahuluan menyebut kadar Uranium di lokasi tersebut berkisar antara 100-1.500 ppm (part per milion) dan Thorium antara 400-1.800 ppm.
“Kecamatan Singkep, Kabupaten Mamuju juga menjadi kawasan yang laju dosis radiasi gammanya tercepat di Indonesia dibanding rata-rata nilai laju dosis radiasi Gamma di Indonesia yang 46 nSv per jam,” ujar Direktur Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Batan, Susilo Widodo.
Batan telah menyusun Peta Radiasi dan Radioaktivitas Lingkungan, antara lain untuk mengkaji efek kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di daerah radiasi tinggi serta indikasi bahan tambang seperti Uranium, Thorium dan mineral sejenisnya.
Peta tingkat radiasi dan radioaktivitas lingkungan di Indonesia, ada lima, yakni peta laju dosis radiasi gamma lingkungan, peta tingkat konsentrasi radionuklida alam Thorium-228, Thorium-232, Radon-226, dan Kalium-40 dalam sampel permukaan.
Penambangan Mamuju, Sulbar
Penambangan Mamuju, Sulbar
Uranium Mamuju
Uranium dari tambang di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat menjadi incaran beberapa negara lain. Pakar ekonomi  Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Syarkawi Rauf mengatakan, uranium tersebut mempunyai potensi terbaik di Indonesia. Sehingga, pemerintah harus memanfaatkan dengan hati-hati.
“Harus dikelola untuk kemakmuran rakyat, bukan menguntungkan pihak luar,” ujar Syarkawi Rauf di Makassar.
Menurutnya, pemanfaatan uranium bukan hanya untuk menghasilkan tenaga nuklir bagi kepentingan pertahanan, tapi juga untuk kebaikan ekonomi. “Misalnya, sebagai PLTN dalam mendukung ketersediaan listrik di sini,” katanya.
Kandungan uranium di Sulawesi Barat telah diketahui banyak negara besar, termasuk Amerika Serikat, Rusia, Cina, dan banyak negara besar lainnya. Oleh sebab itu pemerintah tidak boleh gegabah jika memiliki rencana mengelola sumber energi tersebut.
Kalau untuk kepentingan ekonomi domestik dan memenuhi kebutuhan ketersediaan pasokan listrik, kata Syarkawi, maka reaktor nuklir untuk pembangkit listrik bisa didirikan di Sulawesi Barat.
“Kalau kita bisa memanfaatkan uranium sebagai sumber energi listrik, daerah ini akan maju dan tidak akan pernah kekurangan listrik. Hanya saja kita belum punya teknologi untuk memanfaatkan uranium,” katanya.
Sikap Iran untuk tidak menyerahkan pengelolaan uraniumnya kepada negara asing, patut dijadikan contoh sehingga Pemerintah RI harus berhati-hati.
nprocess
uranium3
Dubes AS ke Mamuju
Tak lama setelah ekspose adanya kandungan uranium yang besar di Mamuju, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Scot Marciel akhirnya berkunjung ke Mamuju, Sulawei Barat.
“Lawatan Dubes AS bersama rombongannya bukan membahas terkait adanya potensi tambang uranium yang terletak di daerah Takandeang, Kecamatan Tappalang, Mamuju. Tetapi, kedatangan untuk program `Green Prosperity Project` atau proyek kemakmuran hijau yang akan dibiayai AS,” ujar Sekretaris Provinsi Sulawesi Barat Ismail Zainuddin.
Menurutnya, rombongan Dubes AS berada di Mamuju selama dua hari hanya membahas terkait program penghijauan lingkungan, energi terbarukan dan program kerjasama pendidikan.
Dia menyampaikan, total dana investasi pemerintah AS yang akan digulirkan mencapai US$600 juta atau sekitar Rp 5,7 triliun dan akan berlangsung selama lima tahun.
Dubes AS di Mamuju (Radar-Sulbar)
Dubes AS di Mamuju (Radar-Sulbar)
Tahun ini ada dua kabupaten di Sulawesi Barat yang akan mendapatkan bantuan yakni Mamuju dan Mamasa. Jika pelaksanaan dapat mencapai sesuai target maka tiga kabupaten lain di Sulawesi Barat akan mendapatkan peluang yang sama.
Ada beberapa jenis sasaran program yang akan dilaksanakan yakni “Green Prosperity Project” sebesar US$332,5 juta, community based health and nutrition to reduce stunting project atau proyek kesehatan dan gizi senilai US$131,5 juta, dan proyek modernisasi pengadaan US$50 juta, serta kegiatan gender senilai US$5 juta.
Hebat. Tiba tiba saja Amerika Serikat baik sekali ke warga Mamuju dan Sulbar.
Kedatangan utusan Pemerintah AS ke Sulbar, harus benar-benar dimanfaatkan untuk membangun kerja sama yang saling menguntungkan.
“Mereka boleh bawa bantuan masuk, tapi tidak berarti boleh mengambil apa saja yang mereka mau. Kalau memang ada kerja sama maka harus saling menguntungkan. Amerika bisa masuk dalam bantuan teknologi dan dana. Kerja samanya harus berbentuk mutual partnership,” ujar pakar ekonomi  Universitas Hasanuddin, Syarkawi Rauf di Makassar, Sulawesi Selatan.(JKGR).
May 232013
 

Panser Canon Tarantula
Doosan DST Korea Selatan akhirnya menyelesaikan produksi Panser Tarantula berbobot 18 ton yang dilengkapi canon 90 mm serta senjata mesin 7,62mm/ 12,7mm. Panser Tarantula (Korsel: Black Fox) merupakan kendaraan tempur beroda 6 yang dioperasikan tiga orang (sopir, kkomandan, petembak) yang melaju dengan kecepatan maksimal 100 km/jam serta 8 km/jam di dalam air.
Menurut Doosan DST, Panser Tarantula telah disesuaikan dengan kondisi alam Indonesia, sehingga dibuat lebih ringan dan memiliki kemampuan amphibi. Dengan senjata meriam 90mm dan senapan mesin, Tarantula didisain untuk bisa menyerang lawan yang memiliki kemampuan penuh ataupun bertempur dengan tank musuh. Panser ini juga memiliki kemampuan operasi gerilya: search and destroy.
Panser Tarantula
Panser Tarantula
Chasis Black Fox dengan turret CSE90 Belgia
Chasis Black Fox dengan turret CSE90 Belgia
Blackfox / Tarantula versi APC
Blackfox / Tarantula versi APC
Tahun 2009, TNI AD memesan Panser Canon Tarantula ke Doosan DST Korea Selatan. Panser 6×6 ini memasuki tes operasional, uji menembak dan uji manuver lapangan sejak November 2011. Setelah lulus inspeksi, panser mulai diproduksi Korea Selatan pada awal tahun 2012. Tanggal 5 Mei 2013, Doosan DST mengumumkan telah menyelesaikan produksinya untuk dikirim ke Indonesia.
Tanpa menyebutkan jumlahnya, pihak Cmenyatakan segera mengirim sejumlah Panser Tarantula ke Angkatan Darat Indonesia. Dalam pembuatan panser ini Doosan DST bertanggung jawab membangun panser dan pemasangan turret meriam. PT Pindad juga akan melakukan perakitan semi-knocked-down (SKD) di Indonesia. Menurut catatan SIPRI 2012, Indonesia memesan 22 Black Fox/ Tarantula ke Korea Selatan dan 11 diantaranya akan dirakit di Indonesia.
Masih menurut SIPRI 2012, turret dari Panser Tarantula adalah CSE 90 mm buatan CMI Defence Belgia. Turret ini mengusung meriam Cockerill MkIII 90 mm, senjata mesin 7,62mm / 12,7mm serta pelontar granat. Meriam utama dikendalikan secara elektronik dan mampu menembak sasaran di malam hari. CSE90 mm dilengkapi penjejak laser jarak jauh untuk menembakkan amunisi APFSDS-T, serta berbagai jenis amunisi lainnya.
Defence-Cockerill-CSE-90LP-01
Dengan munculnya informasi dari Doosan DST Korea Selatan ini, menunjukkan road map kendaraan tempur TNI semakin jelas. Setelah Panser Anoa, akan muncul Panser Canon Tarantula lalu disusul Tank Kerjasama FNSS Turki dan PT Pindad.
Indonesia merupakan pengguna pertama Panser Canon Tarantula Korea Selatan, sehingga belum diketahui sejauh apa ketangguhan dari Panser ini. Diharapkan Indonesia bisa mengembangkan disain dan kualitas panser ini, karena TNI AD hanya memesan 22 Panser Tarantula. (JKGR).
May 192013
 
Tank ACV SW turret BMP 3
Tank ACV SW turret BMP 3
Pemerintah Indonesia dan Turki akhirnya menandatangani nota kesepahaman pembuatan light/medium tank yang dikerjakan oleh FNSS Defense System Turki dan PT Pindad Indonesia. Penandatangan kerja sama ini dilakukan di Istanbul, Turki, saat berlangsungnya Internasional Defense Industri Fair (IDEF) ke-11, Mei 2013.
Menurut Asisten Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama, Silmy Karim, pihak Turki siap bekerjasama dari proses desain hingga tahap produksi. “Keduanya bekerja sama dalam waktu tiga hingga lima tahun. Tahun ini diusahakan grand design tank selesai, sehingga tahun depan bisa dibuat prototipenya,” ujar Silmy Karim.
Kerja sama PT Pindad dengan FNSS Turki merupakan tindak lanjut kesepakatan kerja sama saat kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Turki, Juni tahun 2010. Kesepakatan tersebut dimatangkan kembali  saat Presiden Turki Abdullah Gul melakukan kunjungan balasan ke Jakarta, April 2011.
FNSS Turki bahkan telah mengirimkan prototipe tank ringan ACV 300 untuk dijajal oleh TNI AD dan dipelajari PT Pindad.
FNSS Defence System Turki
FNSS Defense System merupakan pembuat  armoured personnel carrier (APC) PARS  roda 6 x 6 dan 8 x 8 berkemampuan amphibi dengan bobot 16 – 24 ton. FNSS juga pembuat  infantry fighting vehicle IFV ACV 300 (tracked) berbobot 14 ton, turunan M113 USA.
ACV 300 juga memiliki varian baru yakni ACV S yang lebih panjang (Stretched) dengan penggerak rantai 6 roda, sementara ACV 300 rantai 5 roda.
Sebelum bekerjasama dengan Indonesia, FNSS Turki telah bekerjasama dengan Malaysia dalam membuat DEFTECH atau AV-8, yang merupakan pengembangan dari PARS 8×8 Turki. Selain itu Malaysia juga bekerjasama  dengan FNSS membuat  ACV- Adnan berdasarkan ACV 300 Turki.
FNSS PARS 8X*
FNSS PARS 8X8
ACV S (Stretched) varian baru
ACV S (Stretched) varian baru
ACV 300 Adnan Anti-Tank Missile Malaysia
ACV 300 Adnan Anti-Tank Missile Malaysia
Tank seperti apa  yang dibuat PT Pindad bersama FNSS ?.
Sejarah tank Indonesia bisa dilacak dari pengadaan Tank Scorpion TNI AD. Scorpion dibuat Inggris sebagai Combat Vehicle Reconnaissanc, namun tank pengintai ini dimodifikasi Indonesia dengan memasang canon 90 dan 105 mm Belgia.
Begitu pula dengan AMX 13 merupakan light tank, namun mengusung canon: 75mm, 90 mm hingga 105 mm. TNI AD memiliki  sekitar 300 AMX 13 versi canon.
Dari dua jenis itu, bisa dikatakan Kavaleri Indonesia menyukai tank model light/medium, namun memiliki ukuran canon yang besar. Tank model ini dianggap cocok untuk medan pertempuran yang berbukit dan berlembah.
Keinginan Indonesia untuk membuat tank/panser dilengkapi canon, sempat dicoba dengan Korea Selatan dengan memesan 22 Panser Tarantula / Black Fox yang akan dipasang canon CT-CV turret 105mm atau CSE 90 mm Belgia. Turret ini sudah dipesan ke Belgia,  namun entah mengapa, proyek Panser Canon Tarantula itu, tidak terdengar lagi.
Indonesia juga sempat membangun protoype panser canon 90mm, namun hingga kini tidak juga diproduksi. Diduga mesin Anoa yang terletak di tengah, membuat pemasangan turret menjadi bermasalah, termasuk tata letak kru di dalamnya. Hal ini semakin jelas, ketika pihak Kementerian Pertahanan yang berkunjung ke Istanbul mengatakan, tank yang akan dibuat PT Pindad dan FNSS Turki, akan menempatkan mesin di depan, sekaligus untuk meningkatkan proteksi.
Karena Indonesia telah memiliki Anoa 6×6 (berpenggerak roda) yang fungsinya hampir sama denga FNSS PARS, maka kerjasama PT Pindad diduga akan tertuju kepada model ACV 300 yang dipasang turret.
Tank ringan yang akan diproduksi bersama Indonesia dan Turki akan memiliki tingkat kandungan dalam negeri yang cukup besar. Setidaknya hull/ body, instalasi dan perakitan akan menjadi porsi Indonesia. Sementara engine serta rantai tank  dibuat oleh FNSS  Turki.
Turki sendiri telah memamerkan varian terbaru dari ACV 300, yakni ACV SW (Stretched) yang dipasang turret BMP 3, buatan Instrument Design Bureau (KBP) Tula, Russia.Turret BMP 3 ini dilengkapi canon 100 mm serta autocannon 2A72 30 mm. Canon BMP 3 bisa menembakkan peluru konvensional HE-FRAG atau ATGM 9M117 (AT-10 Stabber).
Bisa jadi model Tank Nasional yang dibuat FNSS  Defence System Turki bersama PT Pindad, adalah ACV SW (rantai 6 roda).  “Indonesia melalui PT Pindad diharapkan mampu menyerap teknologi tank milik Turki dan nantinya mampu membuat sendiri”, ujar Silmy Karim.
Tank ACV-S dengan turret BMP 3
Tank ACV-S dengan turret BMP 3
ACV 300 BMP-3_turret

Model Varian ACV Canon
Varian LAIN ACV Canon
Opsi lain adalah hull ACV S namun menggunakan turet CT-CV Weapon System buatan CMI Defence, Belgia. Turret Cockerill CT-CV 105HP ini mengusung: canon 105 mm, senjata mesin pintle-mounted 7.62 atau 12,7 mm serta granat launcher. Selain menembakkan peluru manual, turret Cockerill CT-CV 105 HP  juga bisa menembakkan ATGM Falarick 105. Turret ini memang di-disain untuk light tank.
Cockerill CT-CV 105HP Turret
Cockerill CT-CV 105HP Turret
Cockerill CT-CV 105HP Turret
Turret Cockerill CT-CV 105HP

CT-CV dengan rudal Falarick
CT-CV dengan rudal Falarick

Perbandingan turret Cockerill 90 mm
Perbandingan turret Cockerill 90 mm
Turret Cockerill CT-CV 105 HP dipercaya Polandia untuk  tank multirole Anders. Tank Anders mengusung mesin turbocharged diesel dengan tenaga 720hp dibangun Polandia tahun 2010 untuk menggantikan BMP-1 Angkatan Darat mereka. Produksi massal tank Anders diperkirakan mulai tahun 2015 dengan jumlah 700 tank.
Tank ini diciptakan dalam berbagai varian dan modul: Reconnaissance vehicle, infantry fighting vehicle (IFV), armoured recovery vehicle (ARV), fire support vehicle (FSV) or light tank, engineering reconnaissance and support vehicle, anti-aircraft artillery vehicle, self-propelled 155mm howitzer, medical evacuation vehicle, rocket launcher and radar carrier.
Berat basic  IFV Anders 20 ton dan berkembang menjadi 33 ton jika mengusung turret canon 105 mm. Bisa digeber 72 km/jam dengan jarak jelajah 600km.
Light Tank Anders 105 mm
Tank Anders CT CV turet 105 mm

Prototype Ligh Tank Anders
Prototype Tank Anders turret CMI Belgia
Konsep Tank Anders
Konsep Tank Anders

Anders Varian 3 Kru dan 4 Personil
Anders Varian 3 Kru dan 4 Personil
Kalau tidak mau susah, kemungkinan PT Pindad dan FNSS akan mengembangkan tank model ACV SW dipasang turret BMP 3 Rusia. Kalau jalur yang lebih rumit dan mau bereksperimen, model tank yang akan dibuat ACV SW Turki dengan Canon CT-CV 105 HP Belgia. Indonesia telah mengenal model canon CMI Defence ini dan juga memiliki hubungan baik.
Tank Marder
PT Pindad sebelumnya sempat menyatakan juga akan membuat tank medium, dengan hull model IFV Marder Jerman. Marder merupakan tank medium dengan bobot dua kali lipat dari ACV 300 Turki, yakni 30 ton.
Indonesia memang membeli 50 IFV Marder dari Jerman. Namun perusahaan Rheinmetall Jerman tidak akan begitu saja menyerahkan teknologi Tank Merder dengan turret Oto Melara Hitfact 120mm, karena dagangan baru dari Rheinmetall.  Tank Marder bisa menjadi langkah berikutnya jika PT Pindad telah menguasai teknologi light tank ACV SW Turki.
Marder turret Oto Melara Hitfact 120mm
Marder turret Oto Melara Hitfact 120mm
Hal yang sama juga dilakukan oleh Turki. Setelah mampu membuat IFV/ Light Tank ACV SW, kini mereka membangun main battle tank (MBT) Altay berbobot 60 ton, yang prototype-nya ditargetkan selesai tahun 2015 dan memasuki produksi massal tahun 2017.  Otokar Group Turki belajar membuat MBT Altay atas asistensi Hyundai Rotem, Korea Selatan.(JKGR).

Perang Korea Jilid Dua & Kemungkinan Perang Dunia

 
Dengan telaahan yang lebih mendalam terhadap beberapa prakondisi dan insiden akhir-akhir ini, maka dapat ditarik kesimpulan sementara secara empiris sebagai berikut:
1. Perlu dicermati lebih jauh apakah tingkah polah Korea Utara yang semakin berani akhir-akhir ini merupakan ekspresi kesiapan mereka terhadap segala kemungkinan perang (dengan kata lain, benar-benar siap berperang), ataukah sekedar upaya deterrence/penangkalan untuk menyurutkan niat segenap kandidat lawan agar tidak berani melakukan preemptive strike terhadap Korea Utara (atau dengan kata lain, tidak siap perang, tapi sesuai teori Sun Tzu, justru di saat seperti itulah wajib menunjukkan kekuatan kita secara eksesif sebagai upaya deception/pengelabuan). Jawaban terhadap ini bisa ditelaah sebagai berikut:
a. Korsel tidak akan gegabah melakukan preemptive strike, karena Korut merupakan sekutu dekat RRC, dekat secara ideologi politik, ekonomi maupun geografis. Menyerang Korut lebih dahulu –dengan alasan apapun- merupakan trigger bagi RRC untuk terlibat konflik terbuka. Meskipun RRC selama ini menampilkan peran yang relatif netral namun keberpihakannya kepada Korut tetap memiliki dasar yang sangat kuat.
b. Dengan kondisi demikian, ketimbang preemptive strike, Korsel lebih cenderung melakukan retaliation maupun counter-offensive apabila Korut telah nyata-nyata mendahului melakukan serangan. Insiden bombardemen Yeongpyeong merupakan bukti nyata akan adanya doktrin pelibatan semacam ini dalam sistem pertahanan Korsel. Korsel baru melakukan pembalasan setelah nyata-nyata mendapat serangan terbuka dari Korut.
c. Dengan demikian, maka Korut mempunyai kartu lebih, yakni apabila Korut berhasil memancing Korsel menyerang terlebih dahulu, atau setidaknya memberi kesan seakan-akan Korsel menyerang terlebih dahulu, maka Korut akan dapat melibatkan RRC, menggunakan kekuatan RRC untuk menghancurkan Korsel. Korut mempunyai ambisi abadi untuk mempersatukan Semenanjung Korea, dan mau tidak mau, cita-citanya itu harus tercapai.
d. Ketika Korsel dikeroyok oleh Korut dan RRC, tidak ada jaminan AS & Jepang akan turut campur kecuali apabila memang nyata-nyata mengancam kepentingan mereka sendiri. Terlebih Jepang, mereka tidak memiliki ikatan emosional maupun etnisitas apapun dengan Korsel. Secara tradisional, Jepang dan Korea (Korut maupun Korsel) malah merupakan rival bebuyutan. Sikap Jepang akan lebih ditentukan oleh penentuan sikap AS sendiri. Apabila AS memang turut campur, maka Jepang akan bersedia turut campur karena keterlibatan AS merupakan jaminan keamanan bagi mereka sendiri. Namun apabila AS sendiri tidak turut campur, tentu Jepang yang secara geografis sangat rentan terhadap serangan rudal balistik Korut tentu akan memilih aman dan lepas tangan. Jadi, kartunya ada pada akan terlibat atau tidaknya AS.
2. Apabila poin 1 a-d terjadi, maka sekilas kita dapat menyimpulkan bahwa perang dapat dilokalisir pada Semenanjung Korea saja, tidak akan meluas ke Jepang, hingga kawasan Asia lainnya. Namun, sekali lagi ini sangat bergantung kepada respon AS, dan pembenaran apa yang akan dijadikan landasan bagi AS untuk terlibat maupun tidak terlibat perang:
a. Secara ekonomi, terlibat dalam front Korea sangat merugikan AS. Terlebih kondisi perekonomian AS sendiri dalam beberapa tahun terakhir ini berada dalam krisis yang hingga kini belum berujung.
b. Penggelaran kekuatan perang AS di luar negeri pada saat ini lebih terfokus di Timur Tengah, dalam kaitannya dengan kegiatan mereka di Irak, Afghanistan, dll. AS akan mengalami kesulitan apabila harus menjalani 2 front sekaligus (front Timur Tengah & front Asia Timur).
c. Secara militer, lawan yang dihadapi bukanlah sekelas Irak, Afghanistan maupun Libia. Yang dihadapi adalah Korut yang tidak hanya memiliki rudal balistik antar benua dengan sokongan jumlah personil militer yang fantastis, namun juga lawan yang memiliki back-up sangat kuat secara ekonomi maupun militer, yakni RRC.
d. Atas pertimbangan di atas, kecil kemungkinan AS akan mau melibatkan dirinya, terlepas dari apapun perjanjian yang pernah dibuat antara AS-Korsel selama ini.
3. Namun, urung terlibatnya AS sebagaimana dijelaskan pada poin 2 di atas justru menimbulkan efek samping yang sangat buruk dalam perimbangan kekuatan di Asia. RRC dikuatirkan akan menjadi semakin percaya diri, dan akan meyakini bahwa asalkan tidak mengganggu AS secara langsung, RRC merasa mendapatkan pembenaran untuk melakukan tindakan lebih jauh. Sejarah sudah pernah mencatat rentetan peristiwa serupa dalam Perang Dunia Kedua dengan aktor yang berbeda. Jerman yang dibiarkan mengokupasi Austria dan Ceko, malah kemudian menyerang Polandia. Agresi Jerman terhadap Polandia inilah yang akhirnya memicu Perang Dunia 2 di front Eropa.
4. Bila dikaitkan dengan klaim RRC terhadap seluruh wilayah Laut Cina Selatan yang mendapat tentangan dari Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dll, maka potensi melebarnya konflik tidak bisa dinafikan. Terlebih apabila kita mencermati ketidakseimbangan kekuatan militer RRC dengan Vietnam, Filipina, dsb. Ketidakseimbangan kekuatan dapat merupakan salah satu pendorong terjadinya konflik terbuka. Potensi konflik Laut Cina Selatan ini termasuk salah satu potensi perang terbesar yang dihadapi Asia dan dunia saat ini. Klaim RRC terhadap seluruh Laut Cina Selatan ini meliputi pula sebagian perairan Natuna dan ini merupakan perkembangan terbaru yang harus RI waspadai, karena apabila kita terlalu lembek dalam bersikap, maka kedaulatan kita akan dianggap remeh, namun apabila kita terlalu keras, kita akan berhadapan dengan raksasa ekonomi & militer yang alangkah baiknya bila dapat kita jadikan teman.
Kesimpulan
Prakondisi saat ini sudah mengarah kepada potensi perang, namun baik Korut dan Korsel masih saling wait & see. Di sisi lain, Korea bersatu merupakan cita-cita bersama mereka, namun tidak seperti bersatunya Jerman, melainkan salah satunya merasa harus menang atas yang lain, menang secara ideologi serta militer.
Sebagai upaya pencegahan perang, perlu diambil langkah-langkah sebagai berikut:
1. PBB (atau apabila PBB enggan, maka peran ini harus diambil oleh kekuatan adidaya di balik Korut dan Korsel, yakni RRC dan AS) harus proaktif mengupayakan perdamaian final antara keduanya. Andai keduanya dapat bersatu kembali, tentu itu lebih baik. Perlu dipikirkan format kenegaraan yang dapat menyatukan dua negara bersaudara namun beda ideologi ini. Apakah bisa mengadopsi dua sistem dalam satu negara (seperti Hongkong dalam RRC), ataukah seperti bersatunya Jerman, dimana Jerman Timur mengalah dan menggabungkan diri ke dalam Jerman Barat sehingga ideologi Jerman saat ini sepenuhnya adalah ideologi Jerman Barat.
2. Dan andai keduanya tak dapat bersatu pun, harus segera diwujudkan sebuah perjanjian perdamaian final yang lebih definitif dan mengikat ketimbang Korean Armistice Agreement 27 Juli 1953 tersebut.
Apabila kedua hal di atas gagal terwujud atau memang dikondisikan untuk tidak terwujud oleh kekuatan-kekuatan tertentu, maka berperangnya kembali Korut-Korsel tinggal menunggu waktu saja, dan kartu untuk menjadikan perang ini sebagai perang dengan eskalasi lebih besar dimiliki oleh negara adidaya yang menyokong Korut-Korsel. RRC jelas akan berada di belakang Korut, tapi apakah AS akan benar-benar bersama Korsel? Untuk mencegah agar konflik terbuka ini dapat dilokalisir, turun tangannya AS memang sangat diharapkan, namun bagi AS sendiri, turun tangannya tersebut tidaklah menguntungkan bagi mereka sendiri. Secara logika ekonomi dan militer, rasanya sulit membayangkan mereka akan turun tangan membantu Korsel. AS yang sekarang bukanlah AS yang baru saja memenangkan PD2 ketika Perang Korea jilid 1 (1950-1953) terjadi. AS yang sekarang bukanlah AS yang merasa harus membendung ideologi komunisme di mana-mana.
Entah deal-deal apa yang akan terjadi antara AS-RRC, kita tidak tahu, namun kita berharap deal-deal tersebut justru menuju solusi damai, bukan sebaliknya